4 Indikator Hidup Berkah, Refleksi Silaturahmi Syawal



4 Indikator Hidup Berkah, Refleksi Silaturahmi Syawal 

Oleh. Mashud S.

Setiap orang ingin hidupnya selalu dilingkupi keberkahan, tak terkecuali umat Islam yang habis menyelesaikan rangkaian paket ibadah ramadhan. Kata berkah sering kita dengar dan ucapkan dalam kehidupan sosial keagamaan sehari-hari. Namun, sebagian dari kita tidak terlalu mendalami makna berkah dan apa saja indikator atau tolak ukur hidup kita dikatakan berkah.

Makna Berkah

Menurut bahasa, berkah berasal dari bahasa Arab: barokah (بركة), artinya nikmat (Kamus Al-Munawwir, 1997:78). Istilah lain berkah dalam bahasa Arab adalah mubarak dan tabaruk. Sementara Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:179), berkah adalah “karunia Tuhan yang mendatangkan kebaikan bagi kehidupan manusia”

Menurut Imam Al-Ghazali, berkah (barokah) adalah ziyaadatulkhoir  atau bertambahnya kebaikan (Ensiklopedia Tasawuf, hlm. 79). Para ulama juga menjelaskan makna berkah sebagai segala sesuatu yang banyak dan melimpah, mencakup berkah-berkah material dan spiritual, seperti keamanan, ketenangan, kesehatan, harta, anak, dan usia.

Berkah dalam Al-Quran terdapat dalam Surat Al-A’raf ayat 96 

“Jika sekiranya penduduk negeri-negeri itu beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi."

4 Indikator Hidup Berkah 

Agar hidup kita dipenuhi keberkahan dalam kehidupan sehari-hari pasca silaturahmi Syawal, kita bisa mengukurnya dengan 4 (empat) indikator yaitu aspek spiritualitas, intelektualitas, integritas dan moralitas.

Pertama, Aspek Spiritualitas.

Aspek ini kita katakan sebagai aspek hablumminallah atau aspek ubudiyah. Aspek ini menjadi kata kunci aspek-aspek lainnya. Bila aspek ini baik dan kuat maka aspek lain akan mudah kita praktekkan. Aspek ini berdasarkan firman Allah dalam Al Qur'an surat Az Zariyat : 56. Wamaa khalaqtuljinna wal-insa Illa liya'buduun. artinya "Dan tidaklah aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk beribadah. 

Tolak ukur ibadah yang baik adalah bila seorang hamba dalam hidupnya bisa istiqomah menjaga keseimbangan antara hablumminallah dengan hablumminannas. Kesalehan dalam ibadah shalat, baca Al-Qur'an dan ibadah mahdhah lainnya seimbang dengan kesalehan sosialnya atau ibadah ghoiru mahdhahnya. 

Spiritualitas seorang hamba juga bisa dilihat dari pemahamannya dalam melihat kekuasaan Allah. Ia memiliki keyakinan tauhid bahwa Allah yang mengatur dan mengendalikan segala yang terjadi di alam semesta ini. Ia akan mengatakan "almuwahhidu laa yaro illal Wahid"  - orang yang bertauhid itu tidak melihat apapun di alam semesta ini kecuali semuanya atas kekuasaan yang Esa yaitu Allah SWT-. 

Seorang muslim yang spiritualitasnya baik dan terjaga akan bisa menjadi bekal dan spirit untuk bisa melakukan berbagai aktivitas sehari-hari dengan penuh keberkahan.

Kedua, aspek Intelektualitas.

Aspek ini bisa dikatakan sebagai aspek thalabul Ilmi. Seorang muslim akan dipenuhi keberkahan dalam hidupnya bila kehidupan sehari-harinya dipenuhi dengan belajar berbagai pengetahuan, baik secara langsung membaca teks book (Frame of reference) atau belajar dari berbagai pengalaman hidup dirinya atau pengalaman hidup orang lain  (Field of experience). 

Salah satu pijakan dalil tentang menuntut ilmu kita bisa lihat QS. At-Taubah :122. Juga dalam hadits banyak dijelaskan tentang tholabul Ilmi, diantaranya "menuntut ilmu adalah wajib hukumnya bagi muslim laki-laki maupun Muslim perempuan, dan lain-lain. 

Belajar bisa dilakukan baik secara formal di kelas atau informal lewat berbagai media yang ada di sekitar kita. Apalagi saat ini dengan adanya medsos kita bisa belajar beragam hal untuk menambah wawasan kita, tentunya mempelajari hal-hal yang positif untuk menambah wawasan kita dari waktu ke waktu. 

Belajar atau menuntut ilmu merupakan pintu masuk seseorang untuk menguasai bidang / skills tertentu untuk bekal hidupnya, agar bahagia dunia dan akhirat. Nabi bersabda yang intinya "Barangsiapa yang ingin menguasai dunia dan akhirat atau menguasai keduanya, hendaknya dengan ilmu" (Hadist). 

Seseorang yang selalu menghiasi hidupnya dengan belajar dari berbagai hal di sekitarnya, baik dengan membaca atau belajar dengan mengambil hikmah dari berbagai peristiwa dan pengalaman seseorang, insyaallah hidupnya akan berkah di dunia dan akhirat.

Ketiga, Aspek Integritas.

Aspek ini sangat erat kaitannya dengan amaliah, profesi dan amanah yang diemban seseorang. Pekerja kantoran, pekerja lepas, pekerja PKL, pekerja apapun, bahkan kerja sebagai top manajemen, semuanya membutuhkan integritas (ketekunan, keuletan, dan disiplin), bila tidak hasilnya tidak akan maksimal. 

Tentang integritas dan kerja profesional Allah tegaskan dalam Q.S At-Taubah : 105. Juga dalam hadist riwayat Abu Ya'la dan Thabrani menjelaskan "Sesungguhnya Allah SWT mencintai apabila ada seorang hamba diantara kalian ketika bekerja, ia melakukannya dengan tekun dan teliti". 

Dalil Qur'an dan hadits tersebut menegaskan kepada seorang pekerja muslim agar ketika mendapat amanah atau tugas pekerjaan apapun yang baik dan halal, hendaknya ia memiliki karakter tekun, ulet, serius, tetap humble (rendah hati) dan disiplin. Seorang muslim yang bekerja dengan karakter tersebut Allah SWT akan mencintainya. 

Dengan memiliki sifat dan karakter tersebut ketika bekerja atau mendapatkan amanah, insyaallah hidupnya akan berkah dan diselimuti ketenangan dan ketenteraman.

Keempat, Aspek Moralitas.

Aspek ini berhubungan dengan akhlaq atau hablumminanaas. Dalam kehidupan sehari-hari akhlak (perilaku) yang ditampilkan seseorang akan menjadi tolak ukur penilaian orang lain kepadanya. Baik atau tidaknya seseorang akan dilihat dari caranya bertingkah laku atau sopan santun, dan gerak geriknya pada orang lain di sekitarnya. 

Terkait standar "akhlaq baik" yang kita jadikan panutan, tentu kita merujuk pada nabi kita Muhammad SAW. Beliau diutus Allah untuk menyempurnakan akhlaq (perilaku) manusia yang menyimpang. Hal ini Allah jelaskan dalam QS. Al-Ahzab : 21. "Sungguh telah ada bagi kalian pada diri Rasulullah uswatun hasanah (suri tauladan yang baik) bagi yang mengharap Allah dan hari akhir). 

Akhlaq merupakan salah satu tolak ukur hidup berkah yang paling mudah kita lihat pada diri seseorang. Akhlak berbeda dengan moral, etika dan istilah lainnya yang senada. Kata akhlak sejenis dengan kata Allah dan makhluq, jadi akhlaq atau perilaku yang baik itu tolak ukurnya adalah berdasarkan ketentuan atau aturan yang Allah (sang-Khaliq) tetapkan dalam Al-Qur'an (tentunya dibarengi dengan penjelasan hadits dan penjelasan para ulama).  

Dari uraian 4 indikator hidup berkah tersebut, seorang muslim setelah melakukan silaturahmi Syawal diharapkan bisa mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, mulai bangun tidur sampe tidur kembali, berusaha terus berbuat baik, dan selalu melibatkan Allah SWT dalam aktivitas. Smoga. Aamiin 

Mojokerto,  28 April 2024 / 19 Syawal 1445 H

Post a Comment

أحدث أقدم