Komunikasi Organisasi Pesantren;
Konsep dan Strategi Komunikasi
Pengembangan
Organisasi Pesantren Hidayatullah
oleh. Mashud
Abstrak
Perkembangan
pesantren Hidayatullah sebagai salah satu organisasi sosial keagamaan di Indonesia
menjadi perhatian menarik bagi
organisasi keagamaan lain yang lebih dulu ada. Perhatian ini cukup beralasan
karena dalam kurun waktu yang relatif singkat pesantren Hidayatullah telah tersebar di seluruh
pelosok nusantara. Fenomena ini menjadi menarik bagi peneliti untuk mengetahui
lebih jauh apa sebenarnya konsep dan strategi komunikasi pengembangan
organisasi pesantren Hidayatullah. Atas dasar itu penelitian ini bertujuan
untuk mengkaji dan menemukan konsep dan strategi komunikasi pengembangan
organisasi yang dilakukan Pesantren Hidayatullah.
Pendekatan
penelitian yang diterapkan adalah kualitatif fenomenologis, dengan teknik
pengumpulan data wawancara, observasi partisipasi, dan studi dokumentasi.
Subyek penelitian adalah pimpinan umum, dewan pengurus DPP Hidayatullah, dan
perintis lembaga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep dan strategi
komunikasi pengembangan organisasi pesantren Hidayatullah meliputi beberapa
faktor pendukung.
Pertama, terkait dengan konsep komunikasi yang diterapkan dalam proses
pengembangan organisasi di lingkungan pesantren hidayatullah adalah menerapkan
konsep yang didasari oleh pemahaman ajaran Islam. Kedua, terkait dengan strategi
manajemen komunikasi yang diterapkan dalam pengembangan organisasi adalah
manajemen komando imamah jama’ah. Dalam aplikasinya menggunakan doktrin
ideologi tauhid sebagai falsafah dan ta’at serta patuh pada imam sebagai
doktrin operasional. Ketiga, dalam tataran pelaksanaan manajerial organisasi,
faktor esoteris sangat berpengaruh dan menjadi determinator faktor
eksoteris. Faktor esoteris adalah prinsip sedangkan eksoteris adalah
manifestasi.
Temuan ini
memiliki arti penting bagi pemerhati pengembangan organisasi khususnya tentang
konsep dan strategi komunikasi pengembangan organisasi keagamaan. Jadi menurut
temuan ini pengembangan organisasi akan bisa memperoleh hasil yang diinginkan
secara efektif dan efesien apabila pertama, menjadikan nilai-nilai dan konsep
pemahaman agama sebagai pedoman dalam menjalankan semua aktifitas organisasi.
Kedua, bahwa
dalam menjalankan strategi komunikasi pengembangan organisasi, akan mencapai
tujuan pengembangan organisasi secara maksimal apabila menggunakan pendekatan manajemen
komando imamah jama’ah.
Keyword : strategi,
strategi komunikasi, komunikasi organisasi, pengembangan organisasi
Pendahuluan
Keberadaan suatu organisasi tidak lepas dari adanya suatu ide atau
gagasan dari seseorang atau sekelompok orang yang memiliki tujuan dan
cita-cita yang sama. Dalam realita sosial pola kehidupan masyarakat senantiasa
dilingkupi oleh bentuk interaksi yang beraneka ragam sesuai dengan situasi,
kondisi, budaya, keyakinan dan adat istiadat dimana masyarakat itu berada. Pola
interaksi sosial yang terjadi antar individu kemudian menjadi suatu kelompok
dalam masyarakat akan melahirkan suatu perkumpulan atau organisasi sosial yang
disepakati bersama.
Blau dan Scot[1]
menjelaskan istilah organisasi sosial merujuk pada pola-pola interaksi sosial
meliputi ; frekuensi dan lamanya kontak antara orang-orang, kecendrungan
mengawali kontak, arah pengaruh antara orang-orang, derajat kerja sama,
perasaan tertarik, hormat dan permusuhan dan perbedaan status ; dan regularitas
yang teramati dan prilaku sosial orang-orang yang disebabkan oleh situasi
sosial mereka alih-alih oleh karakteristik fisiologis dan psikologis mereka
sebagai individu1.
Adanya pola atau regularitas dalam interaksi sosial mengisyaratkan bahwa
terdapat hubungan antara orang-orang yang mentransformasikan mereka dari suatu
kumpulan individu menjadi kelompok orang atau dari sejumlah kelompok menjadi
suatu sistem sosial yang lebih besar2.
Lahirnya suatu organisasi
sosial pada umumnya selalu bermula dari adanya hubungan pola interaksi seperti
yang dijelaskan Blau dan Scot di atas. Demikian halnya dengan organisasi sosial
yang dilandasi oleh suatu keyakinan atau agama, keberadaannya merupakan wujud
dari prilaku sosial yang dilandasi pada nilai-nilai religi dan menjadi budaya
interaksi sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai-nilai agama yang ada
dalam setiap individu -kemudian menjadi kelompok atau suatu perkumpulan-
dijadikan sebagai rujukan dalam melakukan interaksi sosial. Pola interaksi
sosial yang didasari atas nilai-nilai keagamaan dan keyakinan yang dimiliki
dikenal dengan istilah organisasi sosial keagamaan.
Pesantren Hidayatullah sebagai suatu organisasi
sosial keagamaan yang kampus induknya berada di Balikpapan Kalimantan Timur
merupakan organisasi yang lahir dari adanya pola interaksi sosial yang
dilandasi oleh nilai-nilai religi yang dimiliki oleh setiap individu. Dengan
modal nilai-nilai religi inilah kemudian pesantren Hidayatullah sebagai
organisasi sosial keagamaan lahir dan diakui masyarakat sebagai organisasi yang
memiliki ciri khas tersendiri.
Spesifikasi (kekhasan)
pesantren ini terutama terletak pada konsistensinya yang kuat sebagai organisasi
pondok pesantren “pencetak kader dakwah”
yang didasarkan pada filosofi perjalanan perjuangan Rasulullah dengan
manhaj (metode) sistematika nuzulnya wahyu. Ide dan metode pembinaan ini
merupakan kontinuitas dan pengembangan dari gagasan besar almarhum Ust.
Abdullah Said selaku perintis dan pendiri pondok pesantren Hidayatullah3.
Gagasan besar yang
dimiliki Ust. Abdullah Said merupakan suatu ideologi yang lahir dari kajian
mendalam beliau terhadap nilai-nilai ajaran Islam. Dalam kajian organisasi
dikenal istilah indoktrinasi sasaran, yaitu informasi tentang ideologi untuk
mengembangkan rasa misi. Maksudnya, misi organisasi haruslah dikomunikasikan
kepada para anggota agar mereka dapat mengenal sasaran-sasaran organisasi.
Sebagai kelanjutan dari rasional pekerjaan, informasi ideologi ini memungkinkan
para anggota organisasi dapat memahami gambaran besar organisasi sehingga dapat
bekerja lebih efektif. Mereka dapat mengembangkan rasa ikut memiliki organisasi
(sense of belanzing to the organization)4.
Dengan modal ideologi ini,
Ust. Abdullah Said kemudian melakukan pembinaan secara personal (Interpersonal
Communication) ke beberapa rekan beliau secara intens, dari hasil pembinaan
tersebut kemudian melahirkan suatu kekuatan baru yang pada akhirnya dibentuklah
pesantren Hidayatullah.
Pesantren Hidayatullah
yang diresmikan Menteri Agama Mukti Ali tanggal 5 Agustus 1976 di Balikpapan
merupakan cikal bakal pesantren yang tersebar di seluruh pelosok tanah air5.
Pada tahun 1998 pada saat pendirinya meninggal dunia, pesantren ini telah
berkembang dan memiliki 120 cabang di seluruh Indonesia6.
Salah satu strategi
pengembangan organisasi yang dilakukan pesantren Hidayatullah sehingga bisa
berkembang adalah adanya pola pembinaan yang bersifat dokrinasi yang berisi
tentang bagaimana setiap individu atau jama’ah memiliki pribadi yang tangguh
dan siap ditugaskan ke daerah-daerah untuk mengemban dakwah. Penugasan daerah
ini merupakan bagian dari bentuk rencana pengembangan jaringan organisasi
pesantren.
Pengembangan organisasi
merupakan suatu proses yang berkaitan dengan serangkaian perencanaan perubahan
yang sistematis yang dilakukan secara terus menerus oleh organisasi7,
dengan kata lain suatu proses penyiapan untuk mengelola upaya perencanaan
perubahan. Menurut Cherrington (1989) dikutip Indriyo G. pengembangan
organisasi meliputi suatu pendekatan diagnosis dan pemecahan masalah yang
bersifat menyeluruh untuk menghindarkan keruntuhan organisasi dan untuk
menciptakan pembaharuan bagi organisasi8.
Sebagai organisasi sosial
keagamaan yang dibangun atas dasar pola interaksi sosial yang didasari
nilai-nilai keyakinan agama yang kuat dan mantap, keberadaan pesantren
Hidayatullah semakin establish dan banyak mendapat dukungan dari berbagai
elemen masyarakat. Misalnya, birokrasi pemerintah, tokoh masyarakat setempat,
tokoh nasional, dan dukungan para tokoh yang datang dari berbagai daerah pada
saat melakukan kunjungan ke Balikpapan. Dari berbagai dukungan tersebut
kemudian kepercayaan masyarakat kepada pesantren Hidayatullah semakin
meningkat, akibatnya kemudian para santri datang dari berbagai daerah untuk
bergabung dan menjadi binaan pesantren Hidayatullah.
Kemajuan Pesantren
Hidayatullah tersebut tidak lepas dari bentuk
konsep dan strategi komunikasi jitu yang dibangun para pengurus lembaga
khususnya Bapak pimpinan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam kenyataannya masalah
komunikasi senantiasa muncul dalam proses organisasi, dan komunikasi merupakan
hal mutlak dan harus ada dalam suatu organisasi apapun bentuknya. Komunikasi
merupakan alat penghubung dan pembangkit kinerja antar bagian dalam organisasi
sehingga menghasilkan sinergi.
Fenomena lain yang bisa
dicermati bahwa keberadaan Hidayatullah sebagai salah satu pesantren di Indonesia
memililiki keunikan tersendiri. Keunikan yang dimaksud adalah pola komunikasi
pimpinan yang bersifat doktrinasi senantiasa menjadi kebiasaan pada saat
menyampaikan ceramah, taushiah, atau hubungan interpersonal dengan semua jamaah
setiap hari. Hal ini yang membuat para jamaah / anggota organisasi selalu
berupaya menjadi lebih baik dari waktu ke waktu termasuk dalam masalah menata
organisasi yang ada.
Semua gerak langkah yang dilakukan setiap
anggota organisasi atau jamaah selalu didasari atas idealisme yang kuat untuk
menunjukkan kepada siapapun bahwa Islam adalah ajaran yang paripurna,
mengajarkan bagaimana konsep hidup yang baik dan benar dalam segala aspek
kehidupan, termasuk dalam hal menata organisasi yang sudah ada dan
mengembangkannya atau menyampaikannya kepada semua jamaah yang ada di daerah
yang ada jaringan hidayatullah.
Melihat perkembangan
organisasi yang cukup pesat tersebut tentunya memiliki konsep dan strategi
komunikasi yang jitu sehingga dalam waktu yang relatif singkat pesantren
Hidayatullah bisa menata organisasinya dengan baik dan melakukan pengembangan
jaringan dengan membuka cabang di berbagai daerah di indonesia. Ini merupakan
fenomena organisasi yang menarik untuk dikaji lebih jauh.
Strategi Komunikasi
Sebelum membahas lebih jauh tentang strategi komunikasi, dalam tulisan ini
akan diuraikan terlebih dahulu tentang makna strategi. Menurut Onong Uchyana[2]
strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan. Namun untuk
mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang
hanya menunjukkan arah saja, tetapi harus menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya.
Definisi lain menjelaskan bahwa strategi adalah jalan-jalan utama yang
terpilih untuk menjamin tercapainya tujuan secara efektif dan efisien[3].
Dalam kamus induk istilah ilmiah[4]
dijelaskan bahwa strategi adalah taktik, kiat, cara-cara yang baik dan
menguntungkan dalam suatu tindakan. Uraian lain menjelaskan strategi adalah
rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.
Adapun strategi komunikasi menurut
Onong merupakan paduan dari perencanaan komunikasi (communication planning) dan manajemen komunikasi (communication manajement) untuk mencapai
suatu tujuan (goal). Untuk mencapai
tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat menunjukkan bagaimana
operasionalnya secara taktis harus dilakukan dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda-beda sewaktu-waktu,
bergantung pada situasi dan kondisi.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dijelaskan bahwa strategi
komunikasi adalah suatu cara yang dikerjakan demi kelancaran suatu komunikasi[5].
Dalam istilah lain strategi komunikasi adalah metode atau langkah-langkah yang
diambil untuk keberhasilan proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang
lain untuk memberitahu atau mengubah sikap, pendapat dan perilaku, baik secara
langsung secara lisan maupun tidak langsung melalui media[6].
Sebagian besar fakar komunikasi yang ada di berbagai negara berkembang
memberikan perhatian besar terhadap strategi komunikasi (communication strategy), karena dengan memiliki strategi komunikasi
yang tepat akan membantu proses pembangunan nasional di negara masing-masing
secara efektif dan efesien.
Aktivitas komunikasi antara pemerintah dan masyarakat di negara yang sedang
berkembang khususnya dalam proses komunikasi massa dibutuhkan strategi
komunikasi yang tepat. Dan media massa merupakan sarana komunikasi massa yang
efektif karenanya dibutuhkan strategi komunikasi yang baik meliputi komunikator
(pemilik media massa), pesan (isi media), komunikan (khalayak masyarakat).
Ketiga komponen ini harus dikelola dengan baik sesuai dengan situasi dan
kondisi kebutuhan masyarakat di masing-masing Negara berkembang tersebut.
Dalam hal ini masih menurut Onong strategi komunikasi baik secara makro (planned multimedia strategy) maupun
secara mikro (single communication medium
strategy) memiliki fungsi ganda ;
Pertama menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif,
persuasive, dan instruktif secara sistematis kepada sasaran untuk memperoleh
hasil yang optimal. Kedua, menjembatani “kesenjangan budaya” (cultural gap) akibat kemudahan diperolehnya dan kemudahan
dioperasionalkannya media massa yang begitu ampuh, yang jika dibiarkan akan
merusak nilai-nilai budaya.
Demikian beberapa uraian tentang urgensinya strategi komunikasi khususnya
dalam proses komunikasi antara pemerintah dan masyarakat. Namun dalam kajian
ini strategi komunikasi akan dijadikan suatu pijakan dalam mengelola proses
interaksi yang terjadi dalam suatu organisasi agar efektif dan efesien dalam
mencapai tujuan didirikannya.
Melihat pentingnya strategi komunikasi dalam proses pengembangan organisasi
agar bisa mewujudkan tujuan organisasi secara efektif maka pembahasan tentang
strategi komunikasi dalam kajian ini menjadi sangat menentukan efektifitas
pengembangan organisasi apapun bentuknya.
Pengembangan Organisasi
Agar suatu organisasi dapat bertahan terhadap lingkungan yang selalu
berubah, maka organisasi tersebut harus selalu berusaha untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitasnya. Dari aspek manajemen, upaya untuk
meningkatkan keberhasilan organisasi dalam menjawab perubahan lingkungan
tersebut diantaranya dengan melakukan pengembangan organisasi.
Pengembangan organisasi (organization development)
diperlukan karena organisasi harus menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan
di pelbagai aspek kehidupan seperti teknologi, politik, ekonomi, dan budaya
yang kompleks dan penuh ketidakpastian. Pengembangan organisasi dapat
membantu suatu organisasi untuk menciptakan tanggapan-tanggapan positif
terhadap perubahan-perubahan dengan cara melakukan perubahan-perubahan dalam
organisasi. Perubahan tersebut perlu direncanakan, diarahkan dan
dilaksanakan oleh orang-orang yang ada dalam organisasi tersebut atau dengan
cara memproleh bantuan dari para ahli.
Pengembangan organisasi merupakan sesuatu yang relatif baru yang dengan
cepatnya berubah sebagai akibat pengetahuan baru[7].
Dengan demikian ada beberapa kertidaksesuaian diantara para penulis dan
praktisi tentang hakekat dan luasnya pengembangan organisasi. Dalam kenyataan,
tidak ada satu definisi yang dapat disetujui oleh semua pihak.
1. Sejarah Pengembangan Organisasi
Pengembangan organisasi mulai dikenal pada pertengahan 1940-an, hal ini
ditandai dengan adanya program-program pelatihan yang mulai menerima
macam-macam perspektif atau harapan dalam banyak organisasi[8].
Para ahli manajemen mulai mempertimbangkan bahwa cara mengoptimalkan prestasi
dan pengambilan keputusan yang sukses dalam organisasi merupakan langkah awal
bagi individu-individu yang ingin melakukan perubahan dalam organisasi.
Perubahan sikap dan kebiasaan dalam
melakukan aktivitas organisasi disebut sebagai perubahan dalam suasana
organisasi. Dengan mengikuti perubahan, anggota-anggota organisasi hendaknya
berada dalam kerangka pikiran untuk memecahkan masalah-masalah,
mengkonfrontasikan pertentangan, merumuskan kebjaksanaan-kebijaksanaan, dan
menangani maslah-masalah operasional secara efektif.
Menurut Wexley dan Yukl (1977)
dikutip Moekijat[9]
sejarah pengembangan organisasi dapat ditelusuri kembali pada dua sumber yang
berhubungan, akan tetapi yang berlainan.
Sumber Pertama, latihan di dalam laboratorium atau latihan kelompok-L (laboratory
or T-group training) timbul pada tahun 1946 ketika Kurt Lewin dan para
stafnya membentuk suatu lokakarya kelompok-L yang pertama (T-group; T adalah
singkatan training). Lokakarya ini memerlukan pemimpin masyarakat yang
diikutsertakan membicarakan masalah-masalah kemudian diberikan kesempatan
mengadakan reaksi terhadap umpan balik perilaku individual mereka. Sebagai
hasil pemgalaman ini Lewin dan kawan-kawannya merasa yakin bahwa
individu-individu dapat belajar dari pengaruh timbal balik mereka sendiri
dengan mengikuti situasi-situasi kelompok kecil (disebut kelompok-L) yang tidak
tersusun. Pekerjaan mereka mula-mula mengakibatkan terbentuknya National Training Laboratories (NTL)-Institute
for Applied Behavior Science di Bethel, Maine, pada akhir tahun 1940-an.
Selama tahun 1950-an, banyak pelatih NTL makin terlibat dalam menyediakan manajer-manajer
dalam perusahaan dan industtri dengan latihan kelompok-L. Sejak saat itu
kelompok-L menjadi sangat terkenal dalam berbagai organisasi yang luas.
Sumber kedua, juga berasal dari pekerjaan awal Lewin, waktu itu dalam riset
dan umpan balik survai. Sebagai ilustrasi ancangan ini, di Detroit Edison
Company diselenggarakan suatu penyelidikan sikap pegawai dan manajamen yang
sangat luas, yang dimulai pada tahun 1948. Selama beberapa tahun kemudian,
pertemuan-pertemuan diadakan secara terpisah dengan para pegawai bukan
pengawas, pengawas-pengawas garis pertama dan kedua, dari berbagai tingkat
manajemen untuk mengumpan balikkan informasi tentang sikap setiap kelompok
kerja mengenai pengawasan mereka, kesempatan-kesempatan promosi, pemuasan
pekerjaan dan seterusnya. Ini merupkan yang pertama dari banyak studi riset
yang hingga kini masih berlangsung, yang dilakukan oleh Institute for Social
Reseach pada Universitas Michigan terhadap akibat umpan balik riset survai.
Penerapan pengembangan organisasi yang berasal dari salah satu atau kedua
sumber tersebut dapat dilihat dalam berbagai jenis organisasi di dunia,
misalnya bidang perusahaan industri, kepolisian, lembaga pendidikan, lembaga
sosial, dan berbagai jenis lembaga atau institusi lainnnya.
2. Masalah-masalah yang dapat dipecahkan melalui Pengembangan Organisasi
Sebenarnya dalam melakukan aktivitas hidup apapun bentuknya akan selalu
dilingkupi dengan berbagai permasalahan dan setiap permasalahan yang ada pasti
akan ada solusinya. Demikian halnya dengan masalah organsiasi, banyak masalah
yang perlu diselesaikan dengan pengembangan organisasi. Akan tetapi menurut
Joseph J. Famularo (1972) dikutip Moekijat ada delapan masalah yang teramat
penting.
- Pertentangan tujuan. Tujuan manajerial sekarang
mungkin tidak ada hubungannya dengan kenyataan hari ini. Tujuan tersebut
mungkin didasarkan atas praktik-praktik yang telah lampau atau dengan
tujuan yang tidak masuk akal bagi bidang tanggung jawab seseorang.
- Komunikasi yang tidak baik. Mungkin ada rintangan
atau penyimpangan pada suatu tingkat. Data yang sesungguhnya, yang diperlukan untuk mengambil keputusan
perusahaan yang baik, mungkin tidak cukup, dan mutu data (orang-orang
tidak mengatkan yang sebenarnya mereka maksudkan) mungkin kurang baik.
Tidak ada suasana pemecahan masalah yang terbuka masalah-masalah yang
sesungguhnya diabaikan atau disembunyikan.
- Pertentangan didiamkan. Mungkin gagal
mengkonfrontasikan pertentangan dalam organisasi dengan menyangkal
eksisitensinya, atau menyembunyikannya. Pertentangan tidak lurus.
- Kerjasama yang kurang baik. Kelompok-kelompok
mungkin bekerja dengan filsafat persaingan ; “setiap orang untuk dirinya”.
Individu-individu dalam suatu kelompok kerja belum mengembangkan rasa
saling mempercayai.
- Persaingan yang bersifat merusak. Kelompok-kelompok
yang saling berfantung (mereka yang saling membutuhkan untuk dapat
berfungsi secara efektif) mengembangkan rasa tidak percaya, kurang koordinasi,
tujuan-tujuan yang bertentangan, dan sebagainya.
- Pengambilan keputusan yang salah.
Keputusan-keputusan didasarkan atas otoritas peranan atau status, bukan
atas otoritas pengetahuan atau kemampuan. Pegambilan keputusan tidak dekat
dengan sumber informasi.
- Tanggapan yang lamban terhadap perubahan. Organisasi
itu kaku dan menganggap sulit mengadakan perubahan untuk memenuhi
perusahaan dan lingkungan sosial yang terus- menerus berubah.
Perubahan-perubahan dalam organisasi dipaksakan, tidak direncanakan dengan
baik, tidak ada hubungannya dengan tujuan, dan sebagainya.
- Kurang motivasi. Sistem penghargaan adalah
sedemikian rupa sehingga tidak mengakui bahwa pencapaian tujuan maupun
kemajuan orang-orang, penting sekali. Idividu-individu tidak dimotivasi
secara positif ke arah tujuan organisasi, mereka tidak mempunyai tanggung
jawab.
Komunikasi Organisasi
Menurut Pace komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukan
dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari
suatu organisasi tertentu. Sedangkan menurut liliweri[10] komunikasi organisasi adalah komunikasi
inpersonal, dan antarpribadi dalam kelompok formal/organisasi sesuai dengan
tuntutan struktur dan tata kerja organsiasi. Aktivitas organsiasi yang
berlangsung bisa tatap muka atau melalui media, membutuhkan umpan balik melalui
struktur organisasi formal, suasana makin formal, pesan juga makin formal,
tujuan dan maksud komunikasi umumnya berstruktur.
Jadi dapat digambarkan bahwa komunikasi organisasi meliputi beberapa proses
yaitu pertukaran dan penafsiran pesan diantara semua unit organisasi, adanya
interaksi antara semua elemen baik antar pribadi, kelompok, dan organisasi itu sendiri yang memiliki tujuan
dan maksud komunikasi yang terstruktur dan terorganisir. Itu semua kemudian
membentuk suatu sistem yang dikenal dengan istilah sistem komunikasi
organisasi.
Hakekat Komunikasi Dalam Organisasi
Kalau berbicara tentang komunikasi organisasi maka yang tergambar dalam
diri seseorang adalah hal-hal yang berkaitan dengan peranan dan status dari
setiap orang dalam organisasi, karena peranan dan status seseorang menentukan
pula cara bagaimana berkomunikasi dengan orang lain juga cara bagaimana
berkomunikasi dengannya, karenanya seorang yang baik yaitu orang yang selalu
menghubungkan peran dan status dengan
pekerjaan[11].
Dalam masyarakat modern orang mengenali seseorang karena dia memiliki peran
dan status yang beragam. Di dalam organisasi keragaman itu dilihat melalui
pembagin kerja dimana setiap orang akan bekerja menurut bakat dan kemampuan
sehingga dia bertanggungjawab atas pekerjaan itu. Ketika jumlah atau jenis
pekerjaan semakin banyak palagi beragam maka dibutuhkan jalinan antara
jenis-jenis pekerjaan yang berbeda-beda, jalinan antara seorang pemimpin dengan
bawahan atau antara kalangan pemimpin yang pada akhirnya membentuk sebuah
kekuatan besar-sinergis untuk menghasilkan keluaran yang lebih berkualitas.
Pada tahap ini diutuhkan komunikasi.
Komunikasi organisasi sering pula
diartikan sebagai perilaku pengorganisasian (organizing behavior) yakni bagaimana seorang bawahan terlibat dalam
proses bertransaksi dan memberikan makna atas apa yang sedang terjadi. Karena
itu ketika organisasi dianggap sekedar
sekumpulan orang yang berinteraksi maka komunikasi hanya berfungsi sebagai organisasi;
dia adalah organisasi itu sendiri. Jadi komunikasi organisasi akan berpusat
pada simbol-simbol yang memungkinkan kehidupan organisasi, pakah kata-kata,
gagasan-gagasan dan konstruk yang mendorong mengesahkan, mengkoordinasikan, dan
mewujudkan aktivitas yang terorganisir dalam situasi-situasi spesifik.
Tulisan atau apapun yang bekaitan
dengan komunikasi organisasi selalu mempertimbangkan dua konsep utama, yakni
organisasi dan komunikasi. Suatu organisasi dapat didekati sebagai suatu obyek
yang menyenangkan dan menarik, namun ada yang mungkin sekali memandang
organisasi sebagai sebuah penindasan. Sikap menyenangkan atau menindas itu
sebenarnya sangat tergantung dari pemahaman dan praktek interaksi, relasi dan
transaksi yang terjadi antar manusia dalam organisasi, itulah yang disebut
komunikasi organisasi. Jadi kedudukan komunikasi dalam organisasi sebenarnya
menekankan pada bagaimana suatu organisasi dikonstruksi dan dipelihara lewat
proses komunikasi.
Dengan demikian komunikasi
organisasi lebih dari sekedar apa yang dilakukan orang-orang melainkan sebuah
penjelasan teoritis atas praktek komunikasi dalam organisasi yang melayani
kebersamaan baik dalam organisasi maupun melayani orang lain yang membutuhkan
organisasi.
Dengan kata lain keberadaan
komunikasi dalam organisasi membuat seseorang mampu membedakan dua hal yaitu :
pertama, mnunjukkan bagaimana para anggota bekerja sebagai seorang
organisatoris ; dan kedua, bagaimana operasi jaringan kerja yang mengaitkan
mereka satu sama lain, jadi bagaimana kedudukan mereka sebagai human actors.
Dalam perspektif seperti iini maka komunikasi itu penting dalam organisasi, 1).
Komunikasi adalah jalan, melalui komunikasi orang-orang mencari informasi dan
mengembangkan sejumlah kriteria untukmana mereka terbagi dalam pekerjaan; yang
2). Komunikaasi merupakan proses dalam mana mereka meletakkan pilihan mereka
yang praktis.
Fungsi Komunikasi Dalam Organisasi
Fungsi komunikasi atau apa yang dilakukan atau dilaksanakan oleh komunikasi
dapat dipelajari pada berrbagai tingkat. Pada tingkat total organisasi,
komunikasi itu dapat dianalisa menurut tiga fungsi umum ; 1). Produksi dan
pengaturan (regulation), 2).
Pembaharuan (Innovation) dan 3).
Pemasyarakatan (socialitation) atau
pemeliharaan[12].
1. Produksi dan
pengaturan
Komunikasi yang terutama berhubungan dengan penyelesaian pekerjaan dan
membantu organisasi mencapai tujuan produksi (produk, jasa, dsb). Adalah
berorientasi pengaturan atau produksi. Contoh komunkasi produksi adalah
informasi penjualan, pesan pengawasan mutu, anggaran, dan pesan-pesan
kebijaksanaan dan pengaturan yang menunjukkan kepada para anggota organisasi
mengenai bagaimana melaksanakan tugas-tugas mereka.
Fungsi komunikasi ini meliputi pesan yang memungkinkan para manajer dan para
anggota organisasi untuk : Menentukan sasaran dan tujuan; Merumuskan bidang
masalah; Menilai prestasi; Mengkoordinir tugas-tugas yang secara fungsional
saling bergantung; Menentukan standard hasil prestasi; Mengomando, menunjukkan
kepada pegawai apa yang harus dilakukan, memberi perintah; Memberikan
instruksi, menunjukkan kepada pegawai bagaimana melaksanakan suatu perintah,
mengembangkan prosedur, dan memahami kebijaksanaan; Memimpin dan mempengaruhi.
Fungsi produksi adalah menyangkut setiap kegiatan
komunikasi yang langsung berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan utama
organisasi. Dalam organisasi pabrik, kita memasukkan komunikasi tentang
produksi atau apa saja yang harus dikomunikasikan untuk dapat menghasilkan
mobil atau botol bir. Dalam lembaga pendidikan ia adalah pengajaran dan latihan
sesungguhnya untuk para mahasiswa. Semua komunikasi yang berkaitan dengan
pembelian, pengepakan, penerimaan atau pemecatan pegawai, pengumpulan modal,
penjualan, pencarian pekerjaan untuk lulusan Perguruan Tinggi, adalah
contoh-contoh fungsi produksi dari komunikasi.
2. Pembaharuan (Innovation)
Fungsi pembaharuan dari komunikasi, meliputi
aktivitas-aktivitas komunikasi seperti sistem saran di seluruh organisasi,
pekerjaan penelitian dan pengembangan, riset dan analisa pasar, sidang-sidang
urun-saran (brainstorming), dan panitia “tank pemikir”. Fungsi komunikasi ini
sangat vital dalam organisasi yang mendapatkan dirinya berada dalam lingkungan
yang tidak stabil dan suka berubah.
3. Pemasyarakatan
atau Pemeliharaan
Fungsi
komunikasi yang ketiga ini meliputi komunikasi yang mempengaruhi 1) harga diri
para anggota organisasi, 2) hubungan antar-pribadi mereka dalam organisasi, dan
3) motivasi mereka untuk menyatukan sasaran-sasaran individu dengan
tujuan-tujuan organisasi.
Pertama, harga
diri para anggota organisasi. Aktivitas komunikasi sosial tidaklah ditujukan
pada material yang sedang dikerjakan, tetapi pada alat-alat untuk menyelesaikan
pekerjaan itu yang dalam banyak hal adalah pegawai itu sendiri. Komunikasi
sosial adalah menyangkut imbalan dan motivasi pegawai, moral dsb. Agar pegawai
betah dalam suatu organisasi dan berprestasi memadai, mereka hendaklah
memperoleh pengalaman menyenangkan dalam organisasi itu. Imbalan itu dapat
berupa uang, prestise, status, pekerjaan menarik, identifikasi dengan produk
organisasi, dan faktor kepuasan lainnya.
Kedua,
hubungan antar-pribadi mereka dalam organisasi. Komunikasi sosial meliputi
informasi yang menunjang hubungan seseorang dengan lingkungan fisik dan
manusia. Misalnya, informasi yang menyokong pandangan anda tentang diri anda
sendiri sebagai orang yang kompeten dan berguna adalah bersifat menyatukan dan
memperkuat harga diri anda.
Ketiga,
motivasi mereka untuk menyatukan sasaran-sasaran individu dengan tujuan-tujuan
organisasi. Fungsi sosial dari komunikasi membantu membangun harapan bersama
dengan para anggota organisasi, harapan mengenai satu sama lain, pekerjaan yang
akan dilaksanakan, bagaimana melaksanakan pekerjaan itu, dan kontak
organisasional dan lingkungan dimana organisasi itu berada.Upacara (rituals),
dan prosedur adalah cara-cara para anggota organisasi mengembangkan harapan
bersama yang menyatukanmereka bersama sebagai bagian dari organisasi. Oleh
karena fungsi sosial dari komunikasi itulah para anggota organisasi mengenal
dan bergaul satu sama lain sebagai anggota organisasi itu. Hanya dengan
komunikasi sosial atau komunikasi pemeliharaan pegawai dapat terlibat secara
pribadi dalam sasaran suatu organisasi.
3. Manajemen Komunikasi Organisasi
Berbicara tentang teori komunikasi organisasi nampaknya tak bisa dilepaskan
dengan perkembangan historis studi-studi tentang administrasi, organisasi, dan
terutama kini adalah manajemen. Salah satu aspek yang menyatukan berbagai
pendekatan itu adalah komunikasi, karena di dalam cara pandang administrasi,
organisasi, dan manajemen terdapat aktivitas komunikasi sebagai penjelas
hubungan antarpersonal maupun antarkelompok dalam organisasi, organisasi
sebagai wadah kerjasama serta organisasi sebagai wujud perilaku manusia.
Adapun bila mengkaji tentang manajemen komunikasi organisasi maka fokus
pembahasannya adalah pada bagaimana aktivitas komunikasi yang dilakukan manusia
dalam organisasi dapat berjalan dengan baik dan dapat mencapai tujuan
organisasi secara efektif dan efisien.
Secara sederhana manajemen itu merupakan seni untuk memperoleh sesuatu
karena hasil pekerjaan orang lain (Mary Parker Follet). Manajemen itu
mengandung pengertian usaha untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan
efesien melalui perencanaan, pengorganisasian, memimpin dan mengawasi sumber
daya manusia. Jadi manajemen itu berkaitan dengan : a). perencanaan – visi,
arah dan tujuan. b). pengorganisasian – tugas, sumber daya, dan proses. c).
memimpin – motivasi, lingkungan, dan komunikasi. d). pengawasan – tampilan
versus target (bagaimana bergerak menuju self control).
Lebih jauh Liliweri menjelaskan bahwa seseorang yang disebut sebagai
manajer sekurang-kurangnya menampilkan tiga kompetensi yaitu, (1). Keterampilan
; konseptual, hubungan antar manusia, dan teknis. (2). Peran ; mengelola
informasi, mewakili semua, pemimpin, penghubung, pengambil keputusan,
negosiator, sebagai orang yang dapat memecahkan masalah, menangani perubahan,
dan mengalokasikan sumberdaya. (3). Kompetensi baru ; (a). menyatukan
bagian-bagian organisasi sehingga organisasi merupakan kesatuan orang-orang
yang bekerjasama. (b). menciptakan jaringan kerja organisasi (membentuk relasi
dan membangun tim kerja). (c). mampu berhadapan dengan organisasi virtual
(maya) melalui pemberdayaan, membangun kepercayaan dan pengembangan masa depan.
Apapun kompetensi yang akan dimainkan oleh seorang administrator,
organisatoris dan manajer namun dia tetap menampilkan diri sebagai seorang
komunikator, adalah seseorang yang harus menjadi orang pertama yang mengambil
prakarsa dalam proses komunikasi dalam kerjasama antarmanusia.
Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa pembahasan tentang manajemen
komunikasi organisasi tak lepas dari pembahasan tentang beberapa hal di atas
yang satu dengan lainnya saling berkaitan. Secara sistematis pembahasan
manajemen komunikasi organisasi meliputi : a). visi, arah dan tujuan organisasi
(planning). b). tugas, sumber daya dan proses dalam organisasi (organiting).
c). motivasi, lingkungan, dan komunikasi antar bawahan dan atasan dalam
organisasi (manajer), d). pengawasan terhadap proses interaksi atau komunikasi
antarmanusia (controlling).
Faktor lain yang membantu proses
manajemen komunikasi organisasi dapat berjalan dengan adalah kompetensi seorang
manajer. Seorang manajer dalam mengelola organisasi sekurang-kurangnya memiliki
tiga kompetensi yaitu : pertama, keterampilan ; konseptual, hubungan antar
manusia, dan teknis. Kedua, peran ; mengelola informasi, mewakili semua,
pemimpin, penghubung, pengambil keputusan, negosiator, sebagai orang yang dapat
memecahkan masalah, menangani perubahan, dan mengalokasikan sumberdaya. Ketiga,
Kompetensi baru ; (a). menyatukan
bagian-bagian organisasi sehingga organisasi merupakan kesatuan orang-orang
yang bekerjasama. (b). menciptakan jaringan kerja organisasi (membentuk relasi
dan membangun tim kerja). (c). mampu berhadapan dengan organisasi virtual
(maya) melalui pemberdayaan, membangun kepercayaan dan pengembangan masa depan.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Dalam bahasan ini akan dipaparkan tentang konsep dan
strategi komunikasi pengembangan organisasi Pesantren Hidayatullah berdasarkan
data hasil wawancara mendalam dengan informan berupa
ungkapan dan cerita asli para informan yang terkait langsung dengan seluk beluk
mengenai konsep dan strategi komunikasi pengembangan organisasi dan dilengkapi
dengan berbagai data sekunder.
Deskripsi tersebut dikemukakan dengan gaya bertutur informal, mendetail,
dalam bahasa dan mimik para informan.
Dari keseluruhan penuturan para informan tentang konsep dan strategi
komunikasi pengembangan organisasi Hidayatullah dapat dilihat dalam beberapa
bagian sebagai berikut.
1. Ajaran Islam Sebagai Konsep Berorganisasi
Lingkungan
pesantren dengan segala bentuk aktivitas sehari-hari yang diselimuti oleh
kegiatan keagamaan akan membentuk pola pikir dan cara pandang bagi siapa saja
yang tinggal di dalamnya, termasuk cara pandang terhadap aturan organisasi.
Apalagi dibarengi dengan adanya kajian-kajian keislaman, juga ceramah maupun taushiah
yang sering disampaikan akan membentuk karakter tersendiri bagi siapa saja yang
tinggal di dalamnya.
Demikian halnya dengan pesantren Hidayatullah tradisi
seperti itu sudah berjalan sejak berdirinya sampai sekarang. Dan penekanan dari
setiap aktivitas termasuk dalam hal aturan hidup berorganisasi di lingkungan
pesantren Hidayatullah senantiasa merujuk pada ajaran Islam.
Begitu juga dengan perkembangan organisasi hidayatullah,
menurut informan pertama pertumbuhan dan perkembangan organisasi Hidayatullah
tidak bisa lepas dari ajaran islam itu
sendiri, yaitu dalam memahami islam sebagai suatu ajaran untuk membangun
masyarakat yang berperadaban tinggi, agung, pesantren memilih suatu manhaj atau
metodologi yang diyakini sebagai sebuah metodologi yang efektif untuk
menumbuhkembangkan diri dan masyarakat. Jadi tidak bisa lepas dari sana”, dan
jika bertitik tolak dari ajaran islam itu sendiri dalam melakukan pembinaan
terhadap santri, maka rujukannya adalah
sebagaimana dicontohkan rasul dala al Qur’an surat al jumu’ah ayat 2.
Pendapat ini juga dipertegas oleh informan berikutnya
ust. Abdul Manan seperti penjelasan beliau berikut : konsep, ide dasar,
filosofi lahirnya lembaga ini tidak bisa lepas dari ajaran islam itu sendiri.
Apapun permasalahan yang kita hadapi dalam hidup ini, termasuk dalam hal
berorganisasi kita harus merujuk pada ajaran Islam (back to Islam).
Uraian tersebut memberikan gambaran bahwa sesungguhnya
dalam mengatur organisasi di lingkungan Hidayatullah konsep yang dijadikan
panduan adalah ajaran Islam itu sendiri dengan sumber utamanya Al Qur’an dan Al
Hadits. Dari sumber al Qur’an tersebut pesanten hidayatullah dalam mendalami
ajaran islam dikenal istilah konsep sistematika nuzulnya wahyu. Konsep ini
mengandung pengertian bahwa dalam menjalankan ajaran Islam seorang muslim
seharusnya meniru bagaimana rasulullah dulu menerima wahyu dan bagaimana
mengamalkannya sesuai dengan urutan turunnya wahyu tersebut.
2. Faktor Kepemimpinan / Imamah
Dalam mengatur organisasi di lingkungan Pesantren Hidayatullah,
faktor pemimpin sangat besar pengaruhnya dalam menentukan aturan main
organisasi (manajemen organisasi). Figur pimpinan yang memiliki banyak
kelebihan seperti memiliki rohani (spiritual) yang baik, intelek, bermoral, dan
kelebihan-kelebihan lain akan sangat berpengaruh dalam setiap langkah
pertumbuhan organisiasi.
Disamping itu dalam masalah kepemimpinan di hidayatullah
dikenal istilah organisasi imamah jama’ah, seperti yang dijelaskan oleh ust.
Abdurrahman berikut ; “dalam sebuah
kebangkitan masyarakat harus ada sosok pemimpin yang memiliki kemauan kuat
untuk merubah masyarakat tersebut dengan suatu konsep yang jelas sebagaimana
yang digambarkan dalam al Qur’an surat al jumu’ah ayat 2. Kebangkitan sebuah
masyarakat atau organisasi akan baik apabila seorang pemimpin itu mampu
melakukan pencerahan spiritual, intelektual, moral, tilawah, tazkiah adalah
sangat mendasar. Dari situ pribadi-pribadi yang ada dalam jama’ah itu memiliki
kesamaan dalam berbagai hal, seperti idealisme, visi, misi dan orientasi hidup
yang sama juga. Hal ini penting sekali sebagai suatu kultur hidup yang sama,
mereka siap dalam satu kepemimpinan, organisasi imamah jama’ah ditata untuk
melakukan sesuatu yang sama secara spiritual, moral dan intelektual melakukan
kesadaran pribadi, jamaa’i, itu penting
sekali dari sini orang-orang
diorganisasikan dalam suatu organisasi yang namanya ormas Hidayatullah.
Pola kepemimpinan yang dibangun Al marhum ustazd Abdullah
Said tersebut dijadikan pedoman dalam membangun tradisi di semua cabang hidayatullah
yang sudah ada. Dengan kata lain sebagai tempat penyemaian untuk kemudian
diduplikasi sebagaimana penjelasan beliau ust. Abdurrahman lebih lanjut.
“Dari tempat penyemaian tersebut, karena kita mulai dari
membina SDM, mulai dari adanya pemimpin yang mampu untuk membina jama’ah itu
dalam bentuk wadah pesantren atau orsos. Dari sini sudah ada sosok kader yang
taat pada pimpinannya, karena ada kesamaan visi misi dan idealisme itu besar
maka melahirkan tanggung jawab yang besar juga. Setelah itu mereka siap
melakukan pekerjaan apapun yang terkait dengan idealisme, sehingga ini yang
membuat mereka taat untuk ditugaskan pada bidang apa sajadan dimana saja dan
itu yang membuat Hidayatullah cepat untuk berkembang, tersebar dan melakukan
sesuatu duplikasi daripada yang pernah dirasakan di tempat dimana ada
instruktur, ada pembimbing yang bisa membimbing. Ini sebenarnya persoalan
adanya pemimpin yang melakukan proses kaderisasi, itu yang bisa mempercepat
langkah-langkah Hidayatullah untuk tersebar dimana-mana termasuk Surabaya yang
membuat duplikasi pesantren di Jawa dan Nusa Tenggara”.
Penjelasan di atas ditambahkan oleh ust. Abdul Manan
dengan memberikan istilah struktur imamah jama’ah dan konsep komando dalam
mengatur organisasi di lingkungan hidayatullah. Sejak berdirinya hidayatullah
panduan organisasi yang diterapkan adalah struktur imamah jama’ah, struktur ini
tidak ubahnya struktur ular. Struktur ular itu adalah setelah kepala kemudian
leher semua, jadi struktur pesantren Hidayatullah tatkala itu setelah pucuk
pimpinan adalah semuanya anggota. Maa
ba’dal imam ma’mum, setelah imam adalah ma’mum. Kemudian dalam hal
memberikan tugas dan tanggung jawab konsep yang digunakan adalah sistem
manajemen komando.
Konsep kepemimpinan yang dibangun oleh pendiri
hidayatullah dapat dilihat dari penjelasan di atas, dan pada proses pertumbuhan
dan perkembangannya pola tersebut dijadikan panduan sampai pada saat
Hidayatullah berubah menjadi organisasi massa (Ormas).
Namun setelah pendiri pesantren wafat pola kepemimpinan
dengan konsep strategi manajemen komando tidak berlaku lagi, karena para
pelanjut beliau menyadari akan banyak kekurangan yang dimiliki maka konsep
tersebut tidak digunakan lagi dan menggunakan konsep kepemimpinan one collective show bukan one man show seperti yang dijelaskan
berikut.
“Pada masa awal atau generasi pertama kepemimpinan Hidayatulllah memang
keberadaan beliau UAS sangat menonjol. Beliau adalah pendiri (father founding),
perintis sehingga bisa dikatakan beliau sebagai ideolog. System komando masih
kental dan orientasi figurnya juga sangat menonjol. Setelah beliau wafat
kondisi seperti itu tidak bisa lagi kita lihat. Pola kepemimpinan yang
dijalankan pada generasi kedua menggunakan pendekatan kepemimpinan kolektif.
Artinya setiap ada keputusan atau kebijakan strategis selalu dilakukan dengan
musyawarah mufakat terlebih dahulu.
Organisasi itu kan sama dengan organisme yang memiliki masa awal dalam
pertumbuhannya, ia selalu bergantung pada induknya. Kemudian ketika induknya
memiliki banyak anak tentunya anak-anaknya memiliki perbedaan dalam
menindaklanjuti idealisme, orientasi hidup yang pernah diajarkan indukya. Hal
inilah yang perlu difahami dalam melihat perkembangan organisasi hidayatullah”.
3. Islam Sebagai Idiologi Organisasi
Organisasi Hidayatullah hadir dengan anggota yang
memiliki modal pemahaman agama yang
kental, yaitu dengan adanya pemahaman islam sebagai ideologi mereka dalam
menempuh hidup ini baik susah maupun senang.
Seperti yang diuraikan informan berikut ; Islam itu
sebagai basis yang mendorong orang tumbuh dan berkembangnya kreatifitas, jadi
bukan berarti Qur’an dan sunnah tak sempurna, sangat sempurna dan memberikan
dasar dalam pengembangan keberadaannya dalam bentuk pikiran itu. Oleh karena
itu bisa berkembang secara sendiri, natural (alami) karena adanya kebutuhan
yang mendasar, terus ada upaya-upaya sendiri sehingga menemukan teori-teori
atau ilmu-ilmu atau menemukan cara-cara terbaik sehingga bila dibandingkan
dengan teori yang disusun para fakar itu, saya katakan nyambung saja ilmu
pengetahuan dan teknologi tersebut walaupun gak semuanya, karena ada
nilai-nilai yang kita miliki yang dikemas sesuai dengan situasi dan
kondisi.
4. Faktor Perubahan
Konsep komunikasi yang dibangun pendiri Hidayatullah
tidak selamanya bisa diterapkan. Apa yang sudah berjalan pada masa kepemimpinan
beliau tidak bisa sepenuhnya dijalankan oleh penerusnya, karena berbagai faktor
yang sangat beragam.
Hal pertama yang perlu diingat bahwa setelah Ustadz
Abdullah Said wafat tidak ada orang yang bisa mewakili sepenuhnya segala
kemampuan beliau, inilah yang menjadi alasan utama perubahan dari orsos ke
ormas. Yang kedua, perkembangan lembaga semakin meluas, aspek-aspeknya semakin
kompleks, sehingga perlu adanya sistem yang bisa mengakomodasi tuntutan,
keperluan dan perkembangan lembaga. Kalau dalam bentuk orsos belum tentu bisa
seperti itu, demikian uraian salah seorang informan.
Lebih jauh beliau menjelaskan tentang pengaruh perubahan
struktur kepemimpinan di lingkungan hidayatullah sebagai berikut. Menset-up
sebuah sistem nasional tidak mudah, perlu waktu, ada masa transisi. Dan
perubahan struktural memang cepat dan perubahan kultural lambat. Jadi untuk
melaksanakan sistem yang baru ini butuh waktu dan memang cukup berat karena
masih banyak kendala di lapangan. Misalnya, masih adanya konflik lokal maupun
konflik-konflik kecil di semua elemen organisasi yang ada. Dengan kata lain
perkembangan hidayatullah masih dalam masa transisi sampai saat ini.
Dalam melakukan pengembangan organisasi pada masa
kepemimpinan ustadz Abdullah Said (alm.) salah
satu strategi yang dilakukan sebagai efek dari pengembangan
organisasi adalah pengiriman da’i ke
berbagai daerah di seluruh pelosok tanah air. Namun hal ini tidak sepenuhnya
bisa dilaksanakan pada masa kepemimpinan ustadz Abdurrahman Muhammad, karena
situasi dan kondisi sudah berubah.
Kegiatan seperti itu tidak bisa sepenuhnya bisa dilakukan
karena tuntutan organisasi sudah berubah, kegiatan tersebut masih berjalan tapi
mekanismenya berbeda sesuai dengan kebutuhan. Yang menangani program ini adalah
departemen SDM di struktur DPP yang mengatur manajemen penugasan daerah.
Dari uraian informan tersebut dapat dijelaskan bahwa
dalam melakukan aktivitas pengembangan organisasi, konsep dan strategi yang
diterapkan adalah berpedoman pada beberapa aspek mulai dari pemahaman tentang
ajaran islam, kepemimpinan (imamah wal jama’ah), islam sebagai ideologi
organisasi, dan faktor perubahan organisasi.
Keempat aspek tersebut memberikan
pengaruh yang signifikan dalam menentukan arah pengembangan organisasi, karena
masing-masing aspek memiliki substansi yang berbeda dan saling mendukung.
Sehingga dapat dikatakan sebagai satu kesatuan atau sistem yang menentukan
perkembangan organisasi yang sudah berjalan.
Kesimpulan
Kesimpulan merupakan suatu sintesis dari pembahasan hasil penelitian,
paling sedikit harus mengandung jawaban terhadap permasalahan penelitian dalam
bentuk temuan penelitian berupa konsep atau teori serta kemungkinan
pengembangannya di masa yang akan datang. Dari pembahasan hasil penelitian
(diskusi antara data dan teori) yang telah dilakukan dapat ditarik suatu
kesimpulan sebagai berikut :
Pertama, terkait dengan konsep komunikasi yang diterapkan dalam proses
pengembangan organisasi di lingkungan pesantren hidayatullah adalah menerapkan
konsep yang didasari oleh pemahaman ajaran Islam yang menghasilkan cara pandang
bahwa dalam menentukan arah organisasi nilai-nilai yang terkandung dalam semua
unsur komunikasi didasari oleh ideologi tauhid yang bersumber dari Al Qur’an
dan Al Hadits yang dikenal dengan konsep sistematika nuzulnya wahyu. Konsep ini diilhami oleh tarbiyah Allah kepada Rasul-Nya,
kemudian tarbiyah Rasul kepada para sahabat, berikut umatnya. Disebut demikian
karena tahapan-tahapan pembinaannya didasarkan atas urutan-urutan turunnya
wahyu kepada Rasulullah mulai dari surat al-Alaq, al-Qolam, al-Muzammil,
al-Mudatsir, dan al-Fatihah. Konsep inilah yang melandasi semua aktifitas
organisasi Hidayatullah termasuk dalam hal pengembangan organisasi.
Kedua, terkait dengan strategi manajemen komunikasi yang diterapkan dalam
pengembangan organisasi adalah manajemen komando imamah jama’ah yang dalam
aplikasinya menggunakan doktrin ideologi tauhid sebagai falsafah dan ta’at
serta patuh pada imam sebagai doktrin operasional. Manajemen komando imamah
jama’ah mengandung pengertian bahwa dalam proses kepemimpinan menggunakan
pendekatan analogi imam dan makmum dalam sholat. Artinya apapun yang dilakukan
imam selama itu tidak menyalahi aturan yang telah digariskan dalam ajaran Islam
maka makmum harus mengikutinya. Pola
manajemen inilah yang sangat membantu proses pengembangan organisasi di
lingkungan Pesantren Hidayatullah sehingga dapat mencapai hasil yang
diharapkan.
Ketiga, dalam tataran pelaksanaan manajerial organisasi faktor esoteris
sangat berpengaruh dan menjadi determinator faktor eksoteris. Factor esoteris
adalah prinsip sedangkan eksoteris adalah manifestasi. Artinya dalam
pelaksanaan manajerial organisasi di lapangan, prinsip-prinsip ideologi tauhid
yang dipegang oleh setiap anggota hidayatullah dijadikan pedoman dalam
melaksanakan semua aktivitas keorganisasian.
Temuan ini memiliki arti penting bagi pemerhati pengembangan organisasi
khususnya tentang konsep dan strategi komunikasi pengembangan organisasi
keagamaan. Jadi menurut temuan ini pengembangan organisasi akan bisa memperoleh
hasil yang diinginkan secara efektif dan efesien apabila menjadikan nilai-nilai
dan konsep pemahaman agama sebagai pedoman dalam menjalankan semua aktifitas
organisasi. Berikutnya menurut temuan
ini bahwa dalam menjalankan strategi komunikasi pengembangan organisasi akan
mencapai tujuan pengembangan organisasi apabila menggunakan pendekatan
manajemen komando imamah jama’ah.
Secara teoritis dapat dikemukakan bahwa pengembangan organisasi akan
efektif mencapai hasil dan tujuan organisasi apabila menerapkan konsep yang
dilandasi nilai-nilai agama yang kuat
dan manajemen strategi komando kepemimpinan yang islami (imamah
jama’ah).
DAFTAR PUSTAKA
Agustinus Sri Wahyuni, 1996. Manajemen Strategik (Pengantar proses berpikir Strategik), Binarupa
Aksara, Jakarta, cet. 1
Aji, Firman B. 1990. Perencanaan dan
Evaluasi (Suatu Sistem Untuk Proyek Pembangunan), Bumi Aksara, Jakarta, cet. 3
Alex S. Nitisemito, 1989. Manajemen Suatu Dasar dan Pengantar, Ghalia Indonesia, Jakarta,
cet.1
Barry Cushway and Derej Logde, 1995. Organisational Behavior and Design,
(Perilaku dan Desain organisasi) alih bahasa, Sularno Tjiptowardojo, Jakarta.
PT. Elex Media Komputindo,
Beckhard,
Richard. Alih Bahasa Ali Saifullah. 1981. Pengembangan Organisasi (Strategi dan
Model). Penerbit Usaha Nasional. Surabaya.
Dedy Mulyana., 2003. Metode
Penelitian Kualitatif., cet. 3 Bandung. PT. Rosda Karya,
Eddy C.Y. Kuo (et.al), 1994. Communication Policy and planing in Singapura, 1983. cet. 1
diterjemahkan dengan judul “Kebijakan dan Perencanaan Komunikasi ; Pengalaman
Singapura, penerjemah Nirwono, Jakarta, LP3ES
Efendi, Onong Uchjana, 2004. Dinamika
Komunikasi. PT. Remaja Rosda Karya Bandung, cet. 6. Bandung.
Hamidi. 2004. Metode Pnelitian Kualitatif (Aplikasi Praktis Pembuatan
Proposal dan Laporan Penelitian). cet.2. Malang. UMM Press.
Hamijoyo, Santoso S. 2005. Hand Out Mata Kuliah Perencanaan Komunikasi,
Program Pasca Sarjana Unitomo Surabaya
------------------------. 2005. Komunikasi Partisipatoris (Pemikiran dan
Implementasi Komunikasi dalam Pengembangan Masyarakat. Editor. Asep. S.
Muhtadi. Penerbit humaniora. Cet.1. Bandung.
Hasil penelitian IAIN Antasari dan Litbang Depag, Hidayatullah “Sarang
Teroris”? Pustaka Inti, Jakarta, 2004
Indriyo G. et.al. 2000. Perilaku Keorganisasian cet.2 BPFE, Yogyakarta
KBBI, 2002. Departemen Pendidikan Nasional, Balai Pustaka, Jkt. Edisi. III
Liliweri,
Alo,. 2004. Wacana Komunikasi Organisasi. Penerbit Mandar Maju Bandung. Cet. 1.
Bandung.
Little John
SW. 1996. Theoris of Human Communicaion. Fifth edition. New York. Wadsworth
Publishing Company.
M.T. Myers &
G.E. Myers, 1987. Teori-Teori
Manajemen Komunikasi, alih bahasa ;
A. Hasymi Ali, cet.1 Jakarta. Bahana Aksa,
Manan, Abdul, 2000. Rekayasa Ulang Budaya Organisasi Dakwah,
Madina Pustaka, Jakarta
------------------------, 1998. Membangun Islam Kaffah (Merujuk Pola
Sistematika Nuzulnya Wahyu), Madina Pustaka, Jakarta
------------------------, 2000. Pesantren
Hidayatullah Kini dan Esok, Madina Pustaka, Jakarta
------------------------. 2005. Strategi
Pemenangan Dakwah, MC Publishing, Jakarta,
Middleton, John. Approaches to
Communication Planning, Paris. Unesco
Moekijat,
2005. Pengembangan Organisasi.
Penerbit PT. Mandar Maju. Cet. 5 Bandung.
Panuju,
Redi. 2000. Komunikasi Bisnis. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Cet. 2.
Jakarta.
R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Deddy
Mulyana, (Ed.) 2002. Komunikasi
Organisasi (Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan), cet.4.
Bandung, Remaja Rosdakarya,
Rakhmat, Jalaludin., 2000. Metode Penelitian Komunikasi, PT. Rosda
Karya Bandung. cet. 8. Kota Bandung
Salim, Peter dkk. 1991. Kamus Bahasa Indonesia Kontenporer, edisi pertama, Jakarta
Siswanto,
Bedjo, Drs. Manajemen Modern (Konsep dan
Aplikasi). Penerbit Sinar cet. 1. Bandung.
1990
Tanri Abeng (et.al), 1987. Manajemen Dalam Perspektif, LMP2M (Lembaga Manajemen Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat) BPFE – Yogyakarta, cet.1
Tripomo,
Tedjo, Et. al . 2005. Manajemen Strategi.
Penerbit Rekayasa Sains Bandung. Bandung. Cet. 1.
Widjaya, A.W. 1987. Perencanaan
Sebagai Fungsi Manajemen ; PT. Bina Aksara, Jakarta,
[1]
dalam M.T. Myers & G.E. Myers,
Teori-teori Manajemen Komunikai, Bahana Aksa, cet.1. 1987 : 39
1R. Wayne Pace dan Don F. Fanles, Komunikasi Organisasi, editor
: Deddy Mulyana, MA, Ph.D
Penerbit : Pt. Remaja Rosdakarya, Bandung,
cet. IV, 2002 hal. 41
2
Ibid, hal 42
3
Hasil penelitian IAIN Antasari dan Litbang Depag, Pustaka Inti, Jakarta, 2004
hal.3
4
M.T. Myers & G.E. Myers, Teori-teori Manajemen Komunikai, Bahana Aksa,
cet.1. 1987 : 37-38
5
op cit hal 11
6 Ibid. hal. 15
7
Indriyo G. et.al, Perilaku Keorganisasian, BPFE, Yogyakarta, cet.2 2000 : 282
8
Ibid, 296
[2]
Efendi,
Onong Uchjana. Dinamika Komunikasi.
PT. Remaja Rosda Karya Bandung, cet.vi,
2004 : 9
[3]
Hamijoyo, Santoso S. Hand Out Mata Kuliah Perencanaan
Komunikasi, Program Pasca Sarjana Unitomo Surabaya, 2005 : 11
[4]
KBBI.
Departemen Pendidikan Nasional, Balai Pustaka, Jkt. Edisi. III, 2002 : 740
[5]
Ibid : 119
[6]
Efendi,
Onong Uchjana. Dinamika Komunikasi.
PT. Remaja Rosda Karya Bandung, cet.vi,
2004 : 5
[7] Moekijat.. Pengembangan Organisasi. Penerbit PT.
Mandar Maju. Bandung. Cet. 5, 2005 : 1
[8] Moekijat. Pengembangan Organisasi. Penerbit PT.
Mandar Maju. Cet. 5 Bandung, 2005 : 23.
[9] Ibid, 24.
[10] Liliweri, Alo. Wacana Komunikasi Organisasi. Penerbit Mandar Maju Bandung. Cet. 1.
2004: 58
[11] Liliweri, Alo. Wacana
Komunikasi Organisasi. Penerbit Mandar Maju Bandung. Cet. 1.2004 : 59.
[12]
M.T. Myers & G.E. Myers. Teori-Teori
Manajemen Komunikasi, alih bahasa ;
A. Hasymi Ali, cet.1 Jakarta. Bahana Aksa. 1987 : 7.
Post a Comment