Kiat Sukses Komunikasi Rasulullah

Sejak pertama kali diciptakan Nabi Adam, telah terjadi komunikasi antara Allah dengan Malaekat. Dalam proses komunikasi tersebut telah terbangun sebuah dialog yang menarik ketika Allah menjelaskan kepada Malaekat tentang rencana penciptaan Nabi Adam, demikian juga Malaekat memberikan respon dengan gaya komunikasi sebagai seorang hamba Allah yang taat pada-Nya (Lihat QS. Al-Baqarah 30-38). Demikian seterusnya sejak nabi Adam sampai nabi Muhammad, telah terjadi komunikasi antara Sang Kholiq (pencipta) dengan hamba-Nya, dalam kajian Ilmu Komunikasi dikenal dengan istilah komunikasi transendental.

Terkait komunikasi Rasulullah yang menjadi fokus dari tulisan ini, terlebih dahulu perlu dipahami bahwa komunikasi yang beliau lakukan selama mengemban dakwah tidak lepas dari bimbingan wahyu yang Allah komunikasikan langsung kepada beliau dengan berbagai cara dan pendekatan.
Komunikasi merupakan hal terpenting dalam berinteraksi dengan manusia lain. Semua orang sadar bahwa komunikasi tak pernah lepas dari kehidupan manusia. Bahkan diam pun adalah bagian dari komunikasi. Orang mampu sukses, bersaing dan gagal sekalipun adalah faktor komunikasi yang menjadi penentu. Perjuangan menjadi lebih berhasil manakala komunikaisi dengan lawan bisa berjalan lancar. Hubungan dengan seseorangpun dapat terbina dan langgeng jika komunikasi terus diperbaiki.

Jika kita membuka lembaran siroh Nabi Muhammad, dapat disimpulkan bahwa kesuksesan dakwah beliau tidak hanya kekuatan pasukan perang yang dimiliki, tapi juga yang berperan penting adalah alat komunikasi dan komunikasi itu sendiri.

Dakwah Nabi-Nabi terdahulu sebagai “komunikator” sukses karena mereka mampu memahami keadaan kaumnya sebagai “komunikan”, tahu bagaimana cara menyampaikan risalahnya sehingga kaumnya rela menerima risalah yang dibawanya. Walaupun juga ada yang menolak.

Lalu bagaimana kiat komunikasi Rasulullah sehingga mampu menjadi seorang komunikator yang baik? Ada tiga rahasia kesuksesan komunikasi beliau. Pertama, adanya kefasihan dan bicara (fashahah) yang bersumber dari kecerdasan beliau sebagai utusan Allah (fathanah). Setiap Rasul, dalam menyampaikan ajarannya, harus menghadapi perdebatan dengan orang-orang yang menentangnya, harus menjawab pertanyaan para pengikutnya yang beraneka ragam, atau menghadapi pemikiran dan pelecehan para penyebar keragu-raguan.

Karena itu, kecerdasan, kekuatan argumen, serta kefasihan berbicara setiap Rasul harus melebihi siapa pun dari kaum yang didatanginya. Kalau tidak memiliki kualitas seperti ini, semua yang disampaikannya walaupun benar akan mudah dipatahkan dan diingkari.

Rasulullah SAW diutus pada suatu kaum yang sangat mengagungkan kehebatan merangkai kata. Rasulullah SAW pun diutus tidak pada satu golongan manusia. Beliau diutus pada suatu kaum yang memiliki latar belakang ilmu, status sosial, dan spesialisasi yang berbeda-beda. Di antara mereka ada tokoh agama, ahli politik, ahli ekonomi, ahli hikmah, pedagang, peternak, orang kaya, fakir miskin, budak belian, dan lainnya. Semuanya harus diberi argumen agar bisa menerima Islam. Jika Rasulullah SAW bukan manusia paling cerdas, paling luas wawasannya, dan paling jelas juga paling fasih bicaranya, tidak mungkin beliau bisa melakukan semua itu.

Allah SWT menegaskan hal ini dalam QS An-Nisa': 165: ''(Mereka kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya Rasul-Rasul itu. Dan Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.''

Kedua, karena bayan atau ajaran yang beliau sampaikan mengandung kebenaran mutlak. Secerdas apa pun orang dan sefasih apapun ia berbicara, tidak akan bernilai dan tahan lama bila yang diungkapkannya tidak mengandung kebenaran. Salah satu kesuksesan dakwah Rasulullah SAW adalah kesempurnaan ajaran yang dibawanya. Ajaran yang tidak benar (tidak sempurna), argumennya tidak akan jelas, lemah, dan selalu mentah. Ajaran yang dibawa Rasul sangat sempurna dan "multi-manfaat". Ia bisa diterima semua kalangan, masuk akal, menenangkan, dan tidak dibuat-buat. Banyak cerdik pandai yang mencari-cari kelemahan ajaran Rasulullah SAW, dan sebanyak itu pula mereka gagal menemukannya.

Ketiga, semua kata-kata Rasulullah keluar dari hati yang bersih (qalbun saliim) karena dibimbing wahyu; hati yang penuh kasih sayang, hati yang damai, dan bersih dari kotoran dosa. Tak heran bila kata-kata beliau memiliki "ruh" yang bisa melembutkan hati sekeras batu. Kepintaran, kefasihan bicara, dan kebenaran ajaran, hanya akan menyentuh aspek akal. Hati hanya bisa disentuh dengan kata-kata yang keluar dari hati yang bersih pula.

Demikian uraian singkat tentang komunikasi Rasulullah yang beliau lakukan dalam proses interaksi dengan berbagai pihak selama mengemban dakwah sebagai Nabi dan Rasul. Semoga ketiga hal tersebut bisa menjadi inspirasi tambahan bagi kita untuk lebih baik dalam membangun komunikasi dalam kehidupan sehari-hari.
(Dari berbagai sumber-Wallahu a’lam). 

Post a Comment

أحدث أقدم