Iman Kukuh, Prestasi Hidup Terengkuh



Iman berarti yakin. Orang beriman berarti ia meyakini akan semua kekuasaan dan kehendak Allah. Setiap gerak langkah hidupnya tidak ada yang luput dari pantauan-Nya. Memiliki  sikap dan pendirian yang kuat dalam menghadapi berbagai ujian dan tantangan juga ciri orang yang beriman. Ia tidak cengeng, cemas, khawatir, takut, marah, secara berlebihan bila dihadapkan pada kondisi di luar batas kemampuannya. Ia yakin apa yang sedang dialaminya -setelah melakukan berbagai usaha- merupakan kehendak yang Maha Kuasa. Sikap seperti inilah yang dikenal dengan syahsiyah islamiah (keperibadian islami) yang seyogyanya harus ada pada setiap pribadi muslim.
Berbicara tentang pribadi muslim lebih lanjut tidak bisa lepas dari berbicara tentang iman. Memahami makna iman harus dengan pemahaman yang benar, artinya orang yang dikatakan imannya sempurna bila mampu mempraktekkan tiga tahapan iman, yaitu membenarkan dan meyakini dengan hati, mengucapkan dengan lisan dan ketiga memperaktekkan dengan semua anggota badan. Ketiga hal tersebut menjadi tolak ukur tingkat keimanan seseorang. 
            Seorang pribadi muslim yang memiliki iman adalah apabila ia memiliki pemahaman agama yang kuat. Tolak ukur pemahaman agama yang kuat, apabila seseorang memiliki aqidah yang kuat. Aqidah yang kuat berasal dari ketaqwaan yang kuat. Dan taqwa yang kuat lahir dari iman yang kuat dan kokoh. Bila siklus pemahaman agama ini dipraktekkan secara istiqomah akan menjadi bekal dalam menghadapi berbagai problema kehidupan.
             
Prestasi hidup
Kehadiran Rasulullah membawa Islam sebagai penyempurna ajaran sebelumnya dalam sejarah kehidupan manusia menjadi titik tolak awal manusia mengenal Allah secara paripurna (ma'rifatullah). Lalu Islam mengajarkan bagaimana pribadi-pribadi yang ada ini mengenal dirinya secara utuh tidak parsial (ma'rifatul insan). Berikutnya mengenal  eksistensi alam dan menghayati kekuasaan Allah (ma'rifatul alam). Kajian lebih lanjut tentang ma'rifatullah, ma'rifatul insan, dan ma'rifatul alam terdapat dalam QS. Al Alaq ; 1-5 (lihat panduan berislam). Mengenal tiga jenis ma'rifat di atas menjadi bekal utama dalam mengarungi kehidupan.
Kehidupan seseorang tidak akan pernah luput dari adanya suatu masalah. Kadang orang melihat masalah sebagai sesuatu yang harus dihindari, padahal dibalik masalah yang dihadapi terkandung di dalamnya hal-hal baru yang mungkin menjadi peluang prestasi hidup baginya.
            Dalam Al Qur'an Surat al Mulk ayat : 2 Allah menjelaskan bahwa kehidupan yang ada merupakan ujian bagi manusia, siapa diantara manusia yang paling baik amalnya. Ujian yang Allah berikan tersebut kadang kita menilai merupakan masalah bagi kita. Seringkali seseorang bertindak spekulatif ketika diberikan ujian berupa masalah yang datang di luar dugaannya. Kadang seseorang sering salah sangka pada Allah tentang kondisi hidupnya. Ia berprasangka buruk pada Allah ketika permohonannya tidak terkabulkan. Seolah-olah apa yang ada di sekelilingnya merupakan masalah baginya.
Padahal Allah juga menjelaskan dalam ayat lain bahwa sesungguhnya apa yang baik menurut kita, belum tentu baik menurut Allah. Demikian sebaliknya apa yang buruk menurut kita belum tentu buruk menurut Allah. Jadi apa yang terjadi pada diri kita berupa hal buruk atau perihal baik itu semua tidak ada yang luput dari kehendak Allah. Bila kita sudah memiliki pemahaman seperti ini, maka saatnya ditularkan kepada semua pihak yang ada di sekitar kita, mulai keluarga, tetangga, teman kerja, sahabat dan kepada masyarakat pada umumnya.
Memahami cara pandang seperti yang diuraikan di atas merupakan prestasi awal dan modal untuk meraih prestasi lainnya dalam hidup. Mendapatkan pekerjaan (profesi) yang layak juga merupakan prestasi, yaitu buah dari prestasi sebelumnya. Profesi apapun yang disandang seseorang hal itu merupakan lahan ibadahnya dalam arti luas (ibadah ghairu mahdah). Menyadari akan pentingnya memiliki pemahaman yang tepat tentang profesi apapun sebagai ibadah, menjadi modal berikutnya dalam mengarungi bahtera kehidupan.  Orang yang memiliki pemahaman seperti ini adalah sebuah prestasi hidup yang perlu dilestarikan dan dikembangkan.
Berikutnya akan diperoleh prestasi-prestasi lainnya, seperti ; prestasi di tempat kerja, keluarga, bermasyarakat dan melakukan berbagai pengabdian untuk kemajuan agama dan bangsa juga merupakan prestasi. Prestasi hidup dalam konteks pribadi sukses biasanya akan tercermin dalam diri dan lingkungannya suasana yang menyenangkan. Ia melakukan berbagai macam aktifitas baik di keluarga, tempat kerja, dan di tempat-tempat strategis lainnya akan diselimuti kebahagiaan. Akhir dari semua upaya itu, muaranya "prestasi hidup terengkuh". wallahu a'lam


Oleh : Mashud Sasaki
Staf Pengajar STAI Luqman al-Hakim Surabaya


Post a Comment

أحدث أقدم